Oktober tahun lalu saya menantang keberuntungan saya untuk ikut tes seleksi CASN. Sebenarnya ini bukan kemauan murni dari saya, kakak saya yang sudah ikut berkali-kali mencoba menyeret saya untuk juga turut serta dalam event yang tidak pernah ditentukan sacara rutin ini. Suatu saat ketika sedang santai kumpul keluarga, ibu juga bilang ke saya untuk mencoba ikut tes seleksi, “menowo ketompo“, kata beliau. Saya jelas sangat ragu dan tidak yakin untuk ikut tes. Mengingat waktu itu tugas perkuliahan saya sudah mulai ruwet dan njlimet. Tapi kata ibu tidak apa-apa ikut saja. Akhirnya saya mengiyakan ucapan beliau.
Setelah menerima ajakan yang lumayan berat ini, saya diberikan beberapa link dari kakak untuk belajar tes-tes yang ada di seleksi ini, yaitu TWK, TIU, dan TKP. Saya tidak betul-betul belajar untuk mengikuti tes ini. Yah cuma sekadar menonton beberapa video soal dan mencoba try out pakai akun kakak. Saya pikirnya hal ini cuma saya jadikan pengalaman saja.
Waktu hari H tes, saya datang lumayan tepat waktu walaupun sudah banyak sekali orang-orang yang mengantri untuk masuk dan regis ulang. Jujur saya tidak grogi, degdegan, atau nervous, dll. Saya cukup tenang saat itu. Setelah melalui beberapa step yang sedikit ribet, saya masuk ruangan dan sekitar dua jam saya selesai mengerjakan tes. Saya keluar dengan membawa hasil tes saya tentunya.
Hasilnya yaaah, dapat ditebak. Tidak cukup memuaskan. Saya gagal di TWK. Tapi saya cukup bersyukur nilai TIU saya lumayan tinggi. Kalau TKP juga agak mengenaskan tapi lulus. Saya potokan hasil ini ke kakak. Kata dia juga tidak apa-apa mungkin karena masih pertama kali.
Setelah Tes ini saya merasakan hal berbeda. Sudah beberapa tahun saya tidak melakukan hal-hal kompetitif seperti ini lagi. Saya seakan ditampar lagi ke belakang. Dulu saya lumayan rajin belajar untuk mendapat nilai yang diatas rata-rata, tapi rasa itu hilang seiring berjalannya waktu. Keambisian saya semakin tahun semakin rapuh dan melebur. Hidup juga hanya dipenuhi dengan dopamin-dopamin toksik, seperti scroll-scroll dan bermain game.
Akhirnya saya mencoba untuk mencari dopamin-dopamin yang membuat saya lebih berkembang. Seperti membaca buku, menonton podcast, belajar, dan masih banyak lagi. Saya juga berencana akan membangun blog ini walaupun setelah berkali-kali ngomong seperti itu, tapi kali ini saya serius. Setelah membaca beberapa kali tulisan-tulisan ngawur saya, setidaknya membaca tulisan sendiri menjadi obat hati saya ketika sedang stress dan sedih.
Akhir kata selamat bertemu di tulisan berikutnya dan nantikan perkembangan blog ini. See yaaa.
Tinggalkan Balasan